Kitab maulid Ad-diba'i karya besar dlm sejarah Islam karangan Al Imam Abu Muhammad Abdurrahman bin Ali Addiba'i Asy Syaibani (866-944 H) Ulama Hadist yg berderajat AlHafidz yaitu hafal 100.000 hadist dgn sanad&matan juga ahli sejarah.
Al Imam Al Hafidz Al Muhaddits Abdurrahman bin Ali bin Muhammad As syaibaniy Addeba'iy Alyamaniy, yang terkenal dengan ibn diba' dengan maulidnya addiba'i, beliau adalah perawi hadits besar di zamannya, dan beliau wafat di wilayah Yaman Utara, dekat Zabid, tidak jauh dari Kubur Imam Al Bushiri yg mengarang Qasidah Burdah, dan di dekat itu pula terdapat Ahluttariqah Anbariyyah yg masih menyimpan sehelai rambut Rasulullah saw.
Al imam abu Muhammad Abdurrahman bin Ali Addiba'i Asysyaibani Azzubaidi Al Yamani Berguru anatara lain kepada:
~Imam Al Hafiz Assakhawi
~Imam Ibnu Ziyad
~Imam Jamaluddin Muhammad bin Ismail
~Mufti Zabid
~Imam Alhafiz Tahir bin Husain al ahdal
Riwayat Maulis ini diIndonesia di Populerkan pula oleh Al Habib Ali Bin Sholeh Al Athos (Bekasi) dgn Suaranya yg khas lagi merdu membuat yg mendengar terharu dan akan kangen dengan sosok Baginda Nabi Besar Muhammad saw.karena kitab maulid ini berisi Kebesaran Alloh SWT,doa2 kpd Nya&kisah hidup Nabi Muhammad saw dari lahir,keistimewaan2,kerosulan Beliau saw hingga Syafaat Beliau kelak di hari kiamat.InsyaAlloh kita kaum Muslimin selalu membaca dan mengamalkan kitab Maulid Addibai ini dan mendapatkan keberkahan&keridhoan dari Alloh SWT juga mendapatkan Syafaat dari Beliau saw atas izin Alloh...Amien ya Robbal alamin.
Ratib alAthos.
Kata ratib (rootib) mempunyai banyak arti, sedangkan yang dimaksudkan di sini adalah berasal dari kata "rottaba" yang berarti mengatur atau menyusun. Ratib adalah suatu yang tersusun, teratur dengan rapi. Seperti dalam istilah sholat sunnah rawatib, adalah sholat-sholat sunnah yang diamalkan oleh Rasulullah SAW pada waktu-waktu tertentu. Begitupun dengan Ratib Al-Athos yang mengandung zikir-zikiran berupa do’a yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW yang telah tersusun dan dibaca pada waktu-waktu tertentu.
Dalam kitab Al-Qirthos, istilah Ratib berarti penjaga; pelindung; tameng atau benteng. Maksudnya adalah do'a-do'a yang mengandung perlindungan atau penjagaan. hal ini pun dapat kita lihat dalam isi Ratib Al-Athos yang mengandung banyak do'a atau permohonan penjagaan kepada Allah SWT mulai dari hal-hal zhohir (lahir atau jasmani) hingga penjagaan hal-hal bathin (rohani).
Istilah ratib digunakan kebanyakan di negeri Hadramaut dalam menyebut zikiran-zikiran yang biasanya pendek dengan bilangan zikir yang sedikit (seperti 3, 7, 10, 11 dan 40) diamalkan dan dibaca pada waktu-waktu tertentu, yaitu sekali pada waktu pagi dan sekali pada waktu malam.
Sebenarnya banyak sekali ratib-ratib lain yang serupa dengan Ratib Al-Athos, diantaranya Ratib Al-Haddad, Ratib Al-Idrus, Ratib Al-Muhdhor dan lain-lain.
Penyusun
Beliau adalah Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Athos. Sedangkan nasab lengkapnya adalah Umar bin Abdurrahman bin Aqil bin Salim bin Ubaidullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Syeikh al-Ghauts Abdurrahman As-Seggaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidullah bin Imam al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad an-naqib bin Imam Ali al-Uraidhi bin Ja’far as-Shodiq bin Imam Muhammad al-Baqir bin al-Imam Ali Zainal Abidin bin al-Imam Husein as-Sibth bin al-Imam Ali bin Abi Thalib dan al-Batul as-Sayyidah Fatimah az-Zahrah binti Rasulullah SAW.
Beliau dilahirkan di Lisk dekat dengan desa Ainat, dibagian bawah negeri Hadramaut di akhir abad ke-10, tepatnya pada tahun 992 H. Sejak kecil beliau diasuh dan dididik oleh ayah beliau sendiri, al-Habib Abdurrahman bin Aqil. Sejak kecil mata beliau buta. Namun demikian Allah SWT memberi kecderdasan otak dan bashirah sehingga beliau mudah menghafal apa saja yang pernah didengarnya. Ayah beliau pernah berkata kepada Syeikh Abdurrahman bin Aqil al-Junied Bawazir, yang dikenal dengan panggilan al-Mu’allim; “Hendaknya anda lebih banyak memberikan perhatian kepada Umar, karena kedua matanya tidak dapat melihat”. Syekh Abdurrahman menjawab: “Meskipun kedua mata Umar tidak dapat melihat, tetapi pandangan bashirahnya dapat melihat disebabkan hatinya bersinar”.
Sejak kecil beliau anak yang tekun beribadah, hidup zuhud dan telah tampak tanda-tanda kebesaran pada diri beliau. Sejak kecil, beliau sering ke kota Tarim dari dusunnya, Lisk dan melakukan sholat dua rakaat di setiap masjid yang ada di kota Tarim, bahkan kadang menimba air dari sumur untuk mengisi kolam-kolam masjid.
Beliau adalah salah satu guru utama dari al-Habib Abdullah al-Haddad, penyusun Ratib al-Haddad. Oleh karenanya Ratib al-Haddad banyak dipengaruhi oleh Ratib al-Athos.
Al-Habib Umar bin Abdurrahman al-Athos wafat di Nafhun pada malam kamis 23 Rabiul Akhir 1072 H dan dimakamkan di Huraidhah.
Nama Lain Ratib Al-Athos
Ratib Al-Athos mempunyai banyak nama, diantaranya:
1. Aziiz al-Manaal wa Fath Baab al-Wishol (“Sesuatu yang sukar diperoleh dan kunci bagi pintu penghubung kepada Allah SWT)
2. Husn al-Hashin (“Kubu yang kukuh”)
3. Al-Kibriyaat al-Ahmar (“Belerang yang merah”)
4. Zubdat al-Adzkar (“Pati segala zikir”)
5. Maghnaathiis al-Asror Liman Wazhoba ‘Alaihi bi al-Lail wa an-Nahar (“Magnet segala rahasia bagi mereka yang tetap mengamalkannya pada waktu malam dan siang”)
6. Ad-Diryaaq al-Mujarrob (“Penawar bagi racun yang mujarab”)
7. Manhal al-Manaal wa fath Baab al-Wishol (“Sumber pencapaian dan kunci bagi penghubung kepada Allah SWT”)
sumber :
http://ratib-alathos.webs.com/tentangkami.htm
Wassalamualaikum Wr Wb.
Senin, 31 Mei 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar